Friday, October 1, 2010

Membangun Sebuah Lubang bersama Tintin Wulia

Tintin Wulia dan Construction of a Hole
Natasha Sidharta ikut mendobrak dinding, membangun lubang. 

































Tadi malam saya baru saja melelang delapan lot lubang yang merupakan bagian dari karya Construction of a Hole ("Membangun Sebuah Lubang"), suatu karya seni rupa yang digagas perupa kontemporer Tintin Wulia, di Ark Galerie, Jakarta. Karya seni pertunjukan itu berupa seluruh proses pelelang karya itu sendiri, yang direkam dan akan dijadikan suatu karya seni video.

Terus terang ketika kurator Alia Swastika menghubungi saya dan mengatakan Tintin berharap saya mau menjadi pelelang dalam karya seni ruypa pertunjukannya, saya agak khawatir dengan karya seni yang ingin diciptakan itu, karena melibatkan suatu pelelangan. Namun, setelah perupanya menjelaskan tentang gagasan karyanya itu,  ternyata banyak hal menarik yang terkandung di dalamnya.

Dalam karya Tintin itu, hadirin ditawarkan untuk membeli lubang-lubang yang tersusun dalam suatu komposisi yang mengingatkan kita pada lukisan-lukisan Piet Mondrian. Tintin memiliki alasannya sendiri menggunakan komposisi ala Mondrian itu, dan hal itu behubungan dengan karyanya yang seringkali berupa representasi dari teritori, dan juga pada kebiasaannya menciptakan suatu konstruksi dinding dalam menggarap karyanya.

Delapan lubang itu sendiri didedikasikan pada delapan hal yang menjadi demarkasi batasan bagi hubungan/interaksi yang pada dasarnya adalah tembok yang membatasi kita dari yang berada di luar tembok itu. Pembatas itu adalah: dinding Romawi yang berupa susunan batu-bata yang dibangun dengan teknik sendiri, tembok Cina yang berhubungan dengan demarkasi wilayah kekuasaan, tembok Berlin yang menjadi batas ideologi yang menjadi batas fisik, undang-undang Secure Fence Act yang merupakan cita-cita orang Amerika Serikat menggariskan batas negara mereka dengan Mexico, mitos internet yang tanpa batas, yang nyatanya terpaksa dibatasi, peristiwa G30S/PKI yang ternyata merupakan dinding yang runtuh dan menimpa korban yang naas karena berada terlalu dekat dengan dinding itu, pagar pembatas yang dibangun demi keamanan setelah kerusuhan Mei 1998, dan juga dinding fisik yang tersisa itu sendiri.

Jadi, ternyata begitu banyak aspek yang terkandung dalam dinding itu, dan dalam karya Construction of a Hole, hadirin diajak mendobrak batas-batas itu, dan membangun suatu hubungan tak terbatas antar manusia.

Peran saya sebagai pelelang dalam karya seni pertunjukan itu, juga cukup menarik, karena turut menyatakan bahwa dalam upaya menciptakan kebebasan atau penghilangan batas, memang seringkali melibatkan negosiasi, dan kadang-kadang, negosiasi itu berupa negosiasi moneter.

Lebih menarik lagi jika mengkaitkan hal ini dengan apa yang terjadi kemarin malam, 29 September 2010, ketika Menteri Komunikasi dan Informasi menayangkan kicauannya yang berupaya mengkaitkan mengingkatkan penularan HIV/AIDS dengan homoseksualitas. Apa yang dilakukannya itu menciptakan sejenis dinding yang bermaksud membatasi lingkup kehidupan masyarakat homoseksual.

Pada malam tadi, hadirin yang berpartisipasi dalam Construction of a Hole, ikut serta dalam upaya kita untuk melenyapkan batasan-batasan demi kehidupan kita bersama sebagai bangsa yang merdeka.

No comments:

Post a Comment