Friday, May 11, 2012

Sudjojono 1950-55

Realisme Sudjojono




























1. Sudjojono - Portrait of a Neighbour - 1950- oil on canvas - 151 x 120 cm
   dari buku koleksi Presiden Sukarno, Vol.1 No. 93 editor Dullah
   dari buku koleksi Presiden Sukarno, Vol. IV No. 11 editor Lee Man Fong




2. Sudjojono - In A Village - 1950 - oil on canvas -130x150 cm
    dari buku koleksi Presiden Sukarno, Vol. 1 No.89 editor Dullah




3. Sudjojono - Perempuan - 1950 - oil on canvas - 70x50cm




4. Sudjojono - Istriku - 1952 - oil on canvas - 46x40cm


5. Sudjojono - Setangkai Kembang Kamboja - 1954 -oil on canvas - 90x100cm



6. Sudjojono - Scene Bellow The Volcano of Merapi -1955 - oil on canvas - 150x200 cm
    dari buku koleksi Presiden Sukarno, Vol. 11 No.92 editor Lee Man Fong





Sejak tewasnya ayahnya, Sindhudarmo, pada Clash ke-2 Perang Revolusi, sejak tahun 1950, Sudjojono menekuni realisme dalam melukisnya. "Lukislah sendok seperti sendok, lukislah bambu seperti bambu", serunya, menekankan pentingnya realisme sebagai pendekatan seni rupa yang mudah dipahami rakyat banyak. 

Dalam praktek, ia pun tidak tanggung-tanggung dan melukis menggunakan teknik realis dan menghasilkan karya seni lukis yang memperlihatkan tampilan visual yang realis secara optis, sebagaimana fotografi.

Selain pemahaman anatomisnya yang kuat, Sudjojono juga biasanya menggunakan model dan membuat sketsa atau pun melukis langsung. Walau tidak selalu dapat diselesaikan langsung pada saat itu, berdasarkan sketsa atau goresan melukis langsung itu, lukisan itu kemudian dilanjutkannya di studionya. Tapi, setiap karya realisnya, sangat memperhatikan rincian-rincian, detil-detil dari yang dilukisnya, termasuk sobekan kaos, tonjolan tulang pipi, kerutan kulit wajah, bentuk dan proporsi kepala terhadap leher, dan kepala terhadap torso, dan sebagainya. 

Karena untuk membuat karya-karya itu dibutuhkan keterampilan yang tinggi, dan ketekunan yang mendalam, banyak karya-karya Sudjojono di tahun ini sangat lama pengerjaannya. Ketika Rose Pandanwangi mengunjunginya di Yogya tahun 1955, Ibu Rose melihat bahwa lukisanya banyak yang tidak selesai. Selain memang pengerjaannya lama, Sudjojono juga pada masa itu mulai sibuk berpolitik di Partai Komunis Indonesia. 

Tidak banyak karya yang rampung dilukis Sudjojono di tahun 1950an, namun, karya-karyanya di masa itu benar-benar berkarakter kuat, digarap dengan sangat tekun dan teliti, sehingga sangat rinci dalam realismenya. 


No comments:

Post a Comment